Pernahkah Anda mengalami kejadian di atas? Kalau ya, mungkin
salah satu penyebabnya merupakan kurangnya perencanaan keuangan yang matang.
Kalau dirunut lebih lanjut, seringkali kejadian ini disebabkan oleh budaya ‘tak
merencanakan keuangan dengan matang’ sedari kecil yang terbawa sampai dewasa.
Hasilnya, kita seringkali linglung tiap tanggal tua atau
tiap ada kebutuhan mendadak di luar rencana. Bagaimana metode menyelesaikannya?
Mulailah berbenah dari kini. Juga, sebagai pembelajaran, supaya kejadian yang
sama tak terulang kepada anak-anak kita, mulailah tanamkan kesadaran mengatur
uang sejak dini, sejak mereka masih kanak-kanak.
Pertanyaannya merupakan, sejak usia berapa anak-anak bisa
diajar mengenai perencanaan keuangan? Pada dasarnya, usia bukanlah keadaan
sulit, tergantung kecermatan metode pengenalan perencanaan keuangan yang
diaplikasikan. Semisal, pada usia 5—7 tahun, kita bisa membelikan mereka mainan
yang mereka inginkan setelah mereka melaksanakan sebagian profesi ringan. Usia
9—12 tahun, kita bisa melibatkan anak-anak dalam perencanaan keuangan rumah
tangga, contohnya merencanakan belanja mingguan bersama-sama. Berikutnya, pada
usia 13—17 tahun, kita bisa mengajarkan mereka metode berinvestasi secara
tepat.
Keseluruhannya dijalankan berjenjang, sehingga berjenjang
pula akan terwujud sikap disiplin, tanggung jawab, kesadaran akan pentingnya
perencanaan keuangan, dan kesadaran mengatur uang.
Pertanyaan kedua, bagaimana metode menanamkan kesadaran
mengatur uang kepada anak-anak? Berikut enam hal yang bisa dijalankan untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
1. Tanamkan Tujuan Keuangan
Setiap hal memerlukan tujuan, termasuk keuangan. Tujuan akan
membikin seseorang fokus dan terarah. Karena itu, ajak dan arahkan anak-anak
berpikir dan bantu mereka memutuskan tujuan keuangannya. Dengan memiliki tujuan
keuangan, mereka akan termotivasi untuk bekerja atau melaksanakan sesuatu untuk
mencapainya. Tentu saja hal ini akan mempermudah kita mengajarkan konsep uang
pada mereka.
2. Berikan Pengertian Mengenai Uang, Profesi, dan Investasi
Berikan kesadaran pada anak bahwa semua sesuatu yang mereka
inginkan memerlukan uang, dan uang bisa diwujudkan kalau kita bekerja. Dengan
demikian, dikala ingin membeli suatu barang, mereka tahu mereka semestinya
bekerja untuk mendapatkannya. Jadi, daripada mengatakan “tak punya uang” dikala
mereka menginginkan sesuatu, lebih baik tawarkan apa yang bisa mereka lakukan
untuk membantu kita dalam usaha mendapatkan sesuatu yang diinginkannya
tersebut. Capailah kesepakatan dan jelaskan konsekuensi serta hadiah yang bisa
diberikan kepadanya.
Selain uang dan profesi, ajarkan pula mengenai investasi.
Dikala ini menabung bukanlah investasi, melainkan tak ada salahnya memulainya
dari sini. Ajarkan anak menabung untuk mengajarkan mereka hidup hemat dan
belajar memanajemen keuangan pribadi. Menabung bisa dijalankan di rumah dengan
memakai celengan berbentuk karakter kesukaan mereka, bisa pula di bank.
Mengenai investasi, kita bisa mengajarkan anak mulai
berinvestasi logam mulia, obligasi, atau saham. Tidak ada salahnya mengawali
investasi di usia dini, sebagian orang kaya di dunia malahan memulainya dari
investasi dikala belia. Investasi di usia muda akan menuai hasil manis di
kemudian hari. Tolong terang, apa yang kita ajarkan bertujuan mematangkan
pamahaman anak akan konsep uang, bukan menumbuhkan sisi materialistis pada
anak.
3. Si Membuat Profesi Daftar Profesi
Daftar profesi bisa dikuasai dan didiskusikan bersama.
Tolong terang, daftar ini bervariasi sesuai usia dan kecakapan anak. Tentu saja
daftar profesi seorang anak berusia 6 tahun berbeda dengan si kakak yang
berusia 12 tahun.
Pemberian daftar profesi kepada anak melatih diri kita
pribadi untuk berani memberikan kepercayaan kepada anak sekalian mengajarkan
mereka bertanggung jawab kepada uang. Kita bisa memfungsikan uang saku sebagai
‘upah’. Dengan semacam itu, anak-anak akan lebih menghargai uang saku yang
mereka terima sebagai hasil ‘kerja keras’ mereka. Dalam rentang panjang, budaya
ini akan menumbuhkan motivasi bekerja untuk mendapatkan sesuatu yang mereka
inginkan.
4. Kasih Membuat Edukasi, Dampingi, dan Dukung
Rutinitas kadangkala menimbulkan kebosanan dan kelelahan,
ini juga terjadi pada anak-anak. Akan ada suatu masa dikala mereka mulai jenuh
melaksanakan profesi-profesi penghasil uang yang selama ini mereka lakukan.
Apalagi dikala menyadari bahwa konsekuensi dari tak melaksanakan profesi
tersebut ternyata tak seburuk yang mereka pikirkan. Bolehlah istirahat
sekali-dua kali, melainkan kalau dibolehkan terus-menerus, hal ini justru
membikin mereka bermental mudah menyerah.
Bagaimana menyelesaikan hal tersebut? Satu: terus beri
edukasi, pendampingan, dan dukungan. Kasih anak-anak pengertian bahwa apa yang
mereka tekuni dikala ini merupakan budaya baik yang akan bermanfaat untuk masa
depan mereka nanti. Karena baik yang diteruskan lama-lama akan menjadi
karakter. Meski karakter inilah yang perlu orang tua bina sejak dini demi
kesuksesan anak di masa mendatang. Karena karakter mereka bertumpu pada apa
yang kita biasakan lakukan pada mereka.
5. Buat Time Table
Membangun budaya memerlukan usaha yang dijalankan
terus-menerus, secara berulang. Dalam perjalanannya, rasa bosan bisa saja
timbul. kalau tak tetap, tujuan
membangun budaya itu akan susah tercapai. Apalagi kalau hal ini berkaitan
dengan anak-anak yang cenderung lebih mudah merasa bosan. Menyikapi hal ini,
kita perlu membikin time table yang menargetkan waktu capaian.
Kita bisa memulainya dengan time table bulanan sampai
anak-anak kapabel merumuskan tujuan keuangannya sendiri berikut list profesi
yang akan mereka lakukan untuk mencapainya.
per bulan, time table bisa berkembang menjadi per berapa bulan, per
tahun, atau per periode.
6. Evaluasi
Dalam level pengerjaan penanaman kesadaran mengatur uang
untuk anak, evaluasi mutlak dibutuhkan untuk menganalisis apa-apa saja yang
berhasil atau kurang berhasil, apa-apa saja yang bisa membakar atau melumpuhkan
motivasi anak. Dengan evaluasi, kita bisa menambal bagian-bagian yang kurang
sempurna atau malahan merumuskan kembali demi kemajuan bersama.
Inilah tahap-tahap yang bisa dijalankan untuk menyiapkan
pemimpin muda dengan masa depan cemerlang, tentu saja dengan pendekatan ala
orang tua yang melatih anak bersikap tanggung jawab.
Tentunya, memiliki kesadaran mengatur uang sejak dini akan
membikin mereka terbiasa dengan manajemen keuangan pribadi sehingga mereka bisa
mengatur hidupnya dengan lebih baik. Dengan kecakapan ini, mereka akan
terhindar dari sikap boros yang merugikan. Mereka malahan akan lebih mudah
sejahtera, mapan, dan mandiri. Tentu kita tak ingin anak terus-menerus
menggantungkan biaya hidupnya kepada orang tua selama hidupnya, bukan?
No comments:
Post a Comment