Wednesday, August 1, 2018

Cara Menanamkan Kesadaran Atur Uang untuk Anak-Anak


Pernahkah Anda mengalami kejadian di atas? Kalau ya, mungkin salah satu penyebabnya merupakan kurangnya perencanaan keuangan yang matang. Kalau dirunut lebih lanjut, seringkali kejadian ini disebabkan oleh budaya ‘tak merencanakan keuangan dengan matang’ sedari kecil yang terbawa sampai dewasa.

Hasilnya, kita seringkali linglung tiap tanggal tua atau tiap ada kebutuhan mendadak di luar rencana. Bagaimana metode menyelesaikannya? Mulailah berbenah dari kini. Juga, sebagai pembelajaran, supaya kejadian yang sama tak terulang kepada anak-anak kita, mulailah tanamkan kesadaran mengatur uang sejak dini, sejak mereka masih kanak-kanak.

Pertanyaannya merupakan, sejak usia berapa anak-anak bisa diajar mengenai perencanaan keuangan? Pada dasarnya, usia bukanlah keadaan sulit, tergantung kecermatan metode pengenalan perencanaan keuangan yang diaplikasikan. Semisal, pada usia 5—7 tahun, kita bisa membelikan mereka mainan yang mereka inginkan setelah mereka melaksanakan sebagian profesi ringan. Usia 9—12 tahun, kita bisa melibatkan anak-anak dalam perencanaan keuangan rumah tangga, contohnya merencanakan belanja mingguan bersama-sama. Berikutnya, pada usia 13—17 tahun, kita bisa mengajarkan mereka metode berinvestasi secara tepat.

Keseluruhannya dijalankan berjenjang, sehingga berjenjang pula akan terwujud sikap disiplin, tanggung jawab, kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan, dan kesadaran mengatur uang.

Pertanyaan kedua, bagaimana metode menanamkan kesadaran mengatur uang kepada anak-anak? Berikut enam hal yang bisa dijalankan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

1. Tanamkan Tujuan Keuangan

Setiap hal memerlukan tujuan, termasuk keuangan. Tujuan akan membikin seseorang fokus dan terarah. Karena itu, ajak dan arahkan anak-anak berpikir dan bantu mereka memutuskan tujuan keuangannya. Dengan memiliki tujuan keuangan, mereka akan termotivasi untuk bekerja atau melaksanakan sesuatu untuk mencapainya. Tentu saja hal ini akan mempermudah kita mengajarkan konsep uang pada mereka.

2. Berikan Pengertian Mengenai Uang, Profesi, dan Investasi

Berikan kesadaran pada anak bahwa semua sesuatu yang mereka inginkan memerlukan uang, dan uang bisa diwujudkan kalau kita bekerja. Dengan demikian, dikala ingin membeli suatu barang, mereka tahu mereka semestinya bekerja untuk mendapatkannya. Jadi, daripada mengatakan “tak punya uang” dikala mereka menginginkan sesuatu, lebih baik tawarkan apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu kita dalam usaha mendapatkan sesuatu yang diinginkannya tersebut. Capailah kesepakatan dan jelaskan konsekuensi serta hadiah yang bisa diberikan kepadanya.

Selain uang dan profesi, ajarkan pula mengenai investasi. Dikala ini menabung bukanlah investasi, melainkan tak ada salahnya memulainya dari sini. Ajarkan anak menabung untuk mengajarkan mereka hidup hemat dan belajar memanajemen keuangan pribadi. Menabung bisa dijalankan di rumah dengan memakai celengan berbentuk karakter kesukaan mereka, bisa pula di bank.

Mengenai investasi, kita bisa mengajarkan anak mulai berinvestasi logam mulia, obligasi, atau saham. Tidak ada salahnya mengawali investasi di usia dini, sebagian orang kaya di dunia malahan memulainya dari investasi dikala belia. Investasi di usia muda akan menuai hasil manis di kemudian hari. Tolong terang, apa yang kita ajarkan bertujuan mematangkan pamahaman anak akan konsep uang, bukan menumbuhkan sisi materialistis pada anak.

3. Si Membuat Profesi Daftar Profesi

Daftar profesi bisa dikuasai dan didiskusikan bersama. Tolong terang, daftar ini bervariasi sesuai usia dan kecakapan anak. Tentu saja daftar profesi seorang anak berusia 6 tahun berbeda dengan si kakak yang berusia 12 tahun.

Pemberian daftar profesi kepada anak melatih diri kita pribadi untuk berani memberikan kepercayaan kepada anak sekalian mengajarkan mereka bertanggung jawab kepada uang. Kita bisa memfungsikan uang saku sebagai ‘upah’. Dengan semacam itu, anak-anak akan lebih menghargai uang saku yang mereka terima sebagai hasil ‘kerja keras’ mereka. Dalam rentang panjang, budaya ini akan menumbuhkan motivasi bekerja untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.

4. Kasih Membuat Edukasi, Dampingi, dan Dukung

Rutinitas kadangkala menimbulkan kebosanan dan kelelahan, ini juga terjadi pada anak-anak. Akan ada suatu masa dikala mereka mulai jenuh melaksanakan profesi-profesi penghasil uang yang selama ini mereka lakukan. Apalagi dikala menyadari bahwa konsekuensi dari tak melaksanakan profesi tersebut ternyata tak seburuk yang mereka pikirkan. Bolehlah istirahat sekali-dua kali, melainkan kalau dibolehkan terus-menerus, hal ini justru membikin mereka bermental mudah menyerah.

Bagaimana menyelesaikan hal tersebut? Satu: terus beri edukasi, pendampingan, dan dukungan. Kasih anak-anak pengertian bahwa apa yang mereka tekuni dikala ini merupakan budaya baik yang akan bermanfaat untuk masa depan mereka nanti. Karena baik yang diteruskan lama-lama akan menjadi karakter. Meski karakter inilah yang perlu orang tua bina sejak dini demi kesuksesan anak di masa mendatang. Karena karakter mereka bertumpu pada apa yang kita biasakan lakukan pada mereka.

5. Buat Time Table

Membangun budaya memerlukan usaha yang dijalankan terus-menerus, secara berulang. Dalam perjalanannya, rasa bosan bisa saja timbul.  kalau tak tetap, tujuan membangun budaya itu akan susah tercapai. Apalagi kalau hal ini berkaitan dengan anak-anak yang cenderung lebih mudah merasa bosan. Menyikapi hal ini, kita perlu membikin time table yang menargetkan waktu capaian.

Kita bisa memulainya dengan time table bulanan sampai anak-anak kapabel merumuskan tujuan keuangannya sendiri berikut list profesi yang akan mereka lakukan untuk mencapainya.   per bulan, time table bisa berkembang menjadi per berapa bulan, per tahun, atau per periode.

6. Evaluasi

Dalam level pengerjaan penanaman kesadaran mengatur uang untuk anak, evaluasi mutlak dibutuhkan untuk menganalisis apa-apa saja yang berhasil atau kurang berhasil, apa-apa saja yang bisa membakar atau melumpuhkan motivasi anak. Dengan evaluasi, kita bisa menambal bagian-bagian yang kurang sempurna atau malahan merumuskan kembali demi kemajuan bersama.

Inilah tahap-tahap yang bisa dijalankan untuk menyiapkan pemimpin muda dengan masa depan cemerlang, tentu saja dengan pendekatan ala orang tua yang melatih anak bersikap tanggung jawab.

Tentunya, memiliki kesadaran mengatur uang sejak dini akan membikin mereka terbiasa dengan manajemen keuangan pribadi sehingga mereka bisa mengatur hidupnya dengan lebih baik. Dengan kecakapan ini, mereka akan terhindar dari sikap boros yang merugikan. Mereka malahan akan lebih mudah sejahtera, mapan, dan mandiri. Tentu kita tak ingin anak terus-menerus menggantungkan biaya hidupnya kepada orang tua selama hidupnya, bukan?

Cara Menanamkan Kesadaran Atur Uang untuk Anak-Anak

Pernahkah Anda mengalami kejadian di atas? Kalau ya, mungkin salah satu penyebabnya merupakan kurangnya perencanaan keuangan yang matang...